Disini kalian akan mempelajari berbagai macam pelajaran

Kimia - Muatan Koloid

Muatan Koloid

1. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak
ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan
negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang
bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian,
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
2. Adsorpsi
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel
koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada\

permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai
ke bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh
kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga
bermuatan negatif
Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di
samping gerak Brown. Oleh karena bermuatan sejenis maka partikel-partikel
koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari pengelompokan antarsesama
partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan
kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup
besar dan akhirnya mengendap).
Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, misalnya
pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan
air minum.
3. Koagulasi
Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut
akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.
Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika
elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid.
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan
kedua itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid
sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarikmenariknya
dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri
sebagai berikut:
a. Pembentukan delta di muara sungai terjadi
karena koloid tanah liat (lempung) dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit dalam air laut.
b. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan
asam format.
c. Lumpur koloidal dalam sungai dapat digumpalkan
dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat
dalam air sungai biasanya bermuatan negatif,
sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari
tawas (aluminium sulfat).
d. Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat
digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui
ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000
sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekulmolekul
dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap
dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik
dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan
dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh
buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya
debu logam).
4. Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi
dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur
koloidal dan barang kali juga zat-zat warna, zat pencemar, seperti limbah
detergen, dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan
air adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor,
dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal
sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang
dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen
dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka
digunakan karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring.
Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (sebagai disinfektan),
sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan
keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.
Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan
pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Mula-mula air sungai
dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan
mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa,
sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini
dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi). Pada air baku yang
kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang
berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang
terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur
dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak
accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal
membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi.
Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan
pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh
air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung
dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur untuk
menaikkan pH dan gas klorin (postklorinasi) untuk mematikan hama. Dari
bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan
ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Kimia - Muatan Koloid"

Ayo berkomentar !

Back To Top